0 Menjadi embun di sudut matamu

Jumat, 15 April 2011
Malam di sisimu
terjaga dengan ciuman semerah saga
seolah mimpi baru dimulai
mentari bergelayut di dedaunan
kamu bergelayut di dada
menyeduhkan dekap kehangatan
lihatlah, embun di lengkung kelopak mawar
berkilau menjelma bianglala.

Secercah pagi
kuyakinkan padamu dalam bingkai jendela
seberkas sinar kubukakan untukmu
langit menghamparkan lembaran biru di kakimu
padang sajadah, tempat doadoa ditanam diranumkan
tempat langkah kita tumbuh menjadi ilalang cahaya
bunganya bertaburan memenuhi semesta.

Lihatlah
burungburung berterbangan itu
ramai berebut cahaya
bukankah nyanyiannya senantiasa kita dengar
di saat fajar?

0 Selamat pagi

Wajahmu yang embun, sejuk segar
senyummu yang kuntum, merasuk dan menggetar
matahari mana dalam hatiku yang tak ingin menyapa
dengan satu kecupan hangat di keningmu,
selamat pagi.

Wajahmu embun menetes di kelopak kalbu
senyummu ranum pembangkit gairahku
senang sekali menjadi matahari yang suka menggubah puisi
dengan sinarnya yang lembut, ditulisnya perasaan cinta
di atas kertas kehidupanmu.

0 Kutemukan cinta dalam sebait puisi

Tetes hujan yang melambai di kaca jendela ia mencari alamat sungai. Aku mencari alamat hatimu. Kutemukan telaga: sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. Itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut di situ, lautan teduh dekapanmu. Maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu dengan kecup rintik yang tak pernah tuntas.

Di telapak tanganmu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garisgaris sungai keberuntunganku. Setiap garis adalah makna. Membawaku pada muara bernama cinta. Aku di situ melukis sawahsawah yang menguning dengan jejak hidupku. Rerumputan, ilalang, kenangan, dan bunga-bunga rindu. Airmata dan semesta. Hujan dan doa. Membentangkan tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. Setiap bintang adalah karunia. Setiap titik waktu yang aku petik untukmu.

Aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum di bibirmu. Cukup manis walau hanya sebait senyum. Kutahu, puisi tak selalu tercipta dari kata. Tetapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.